Tarian Sanghyang dedari alit merupakan salah satu bagian dari tarian sanghyang dedari. Tarian sakral ini bertujuan untuk mengiringi upacara agama dibeberapa tempat di wilayah Desa Seraya, Karangasem bali. Tarian ini biasanya dimulai seusai upacara agama dan dilakukan pada malam harinya. Tarian ini dipentaskan oleh dua gadis yang belum menikah dan diriasi dengan kain putih kuting, udeng putih, dan kembang kamboja. Pementasan Tarian Sanghyang Dedari Alit meliputi beberapa tahap ;

Tahap pertama disebut Ngukup adalah proses untuk membuat penari kehilangan kesadaran/trance. Pada tahap ini adalah tahapan untuk mengundang roh Hyang Bidadari supaya memasuki raga si penari sehingga membuat si penari hilang kesadaran. Ngukup dilakukan di merajan dengan memakai sarana asap dupa dan diiringi dengan kidung/gending ngukup. Kidung/gending akan trus dilantunkan sampai si penari dimasuki roh Hyang dedari atau kehilangan kesadaran/trace.

Tahap selanjutnya disebut Mesolah adalah proses setelah penari mengalami kehilangan kesadaran/trance, sebelum mesolah Penari dipindahkan dari merajan ke halaman rumah yang sudah ada bambu dengan hiasan kembang kamboja atau yang disebut dengan tetamanan (taman). Setelah itu penari akan mulai menari dalam keadaan tidak sadar dengan mata terpejam dan tariannya mengikuti kidung atau gending mesolah. Proses ini biasanya dilalui dari malam sampai pagi atau dari pukul 23.00 wita sampai jam 3.00 wita

Ngantukang atau ngemantukang adalah proses terakhir dari pementasan sanghyang dedari alit, dimana proses ini juga merupakan proses pengembalian roh hyang dedari dari raga si penari. Diiringi dengan kidung/gending ngantukang dan pemberian air suci (tirta) maka si penari bisa sadar sepenuhnya

Follow Us on Social Media

Scroll to Top